Sudah seminggu lebih Donald J. Trump resmi menjabat
sebagai Presiden Amerika Serikat. Terpilihnya tokoh kontroversial ini bisa
dibilang sebagai fenomena tersendiri dalam politik internasional. Fenomena yang
ironisnya membuka mata kita semua bahwa dunia ini memang sedang terpecah belah.
Sampai-sampai sosok yang seringkali melontarkan komentar berbau rasis, seksis,
dan fasis ini bisa menang dalam pemilihan demokratis.
Sebelumya, Hipwee sudah membahas apa saja janji Trump yang realisasinya
akan sangat berbahaya bukan hanya untuk warga Amerika saja tetapi juga seluruh
masyarakat dunia. Tak seperti janji politik kebanyakan, untuk pertama kalinya
kita berharap komitmen Trump semasa kampanye hanyalah omongan kosong belaka.
Namun jika melihat headline berita internasional seminggu
ini, sepertinya mimpi buruk dunia pelan-pelan jadi kenyataan. Inilah cara
Presiden Trump menepati janji-janjinya.
1. Trump telah menandatangani executive order untuk segera memulai pembangunan ‘tembok besar Amerika’ yang katanya bakal di reimburse oleh Meksiko
Executive order merupakan kewenangan
khusus presiden untuk ‘mengarahkan’ kebijakan pemerintah pusat, tanpa harus
melewati izin kongres. Tapi karena tetap membutuhkan persetujuan anggaran,
banyak juga executive order presiden yang tidak
terealisasi. Setelah dilantik pada tanggal 20 Januari 2017 kemarin, Presiden
Trump telah menandatangani 13 executive
orders. Salah satunya adalah tentang pembangunan tembok perbatasan
yang selama ini jadi tagline kampanye politiknya.
Tapi nyatanya memang tak mudah memenuhi janji ekstremnya
untuk memaksa Meksiko membayar pembangunan tembok tersebut. Presiden Meksiko,
Enrique Pena Nieto sampai membatalkan kunjungan pertama ke AS setelah Trump
menandatangani executive
order tersebut.
Meski belum jelas bagaimana caranya, Trump bersikeras tembok akan dibangun dulu
baru setelahnya akan mencari reimbursement dari Meksiko. Jika Meksiko
tetap menolak, Trump akan menaikkan pajak barang-barang impor sebesar 20% untuk
membayar pembangunan tembok. Padahal Meksiko adalah rekanan dagang ketiga
terbesar AS. Artinya, orang-orang Amerika juga akan terkena imbas langsung dari
kenaikan pajak itu
2. Janji bombastis Trump untuk melarang umat Muslim masuk ke Amerika juga mulai terealisasi. Selama 120 hari pintu masuk untuk pengungsi ditutup total dan muslim dari 7 negara dilarang masuk
Executive order lain yang ditandatangani adalah masalah imigrasi. Meski dikritik oleh seluruh dunia, diluar dugaan Trump tanpa basa-basi merealisasikan janjinya untuk ‘membatasi’ masuknya umat muslim ke Amerika Serikat. Umat muslim dari 7 negara yaitu Irak, Iran, Suriah, Somalia, Sudan, Libia, dan Yaman dilarang masuk ke AS, paling tidak untuk 90 hari ke depan. Pemilihan 7 negara tersebut juga sedikit rancu dan banyak dipertanyakan. Karena kalau berkaca pada kejadian teror di AS, justru kebanyakan pelaku teror berasal dari Arab Saudi maupun Pakistan. Bukan ketujuh negara tersebut. Pemerintah Iran bahkan telah bereaksi keras dengan juga melarang warga AS masuk ke negaranya.
Meski belum dibahas lebih lanjut mekanisme kebijakan ini, beberapa orang dari 7 negara tersebut langsung ditahan di bandara sesaat setelah executive order turun. Padahal mereka memiliki visa valid dan beberapa diantaranya justru bekerja untuk pemerintah AS. Secara spontan, gerakan protes massal langsung terbentuk menentang kebijakan itu. Terutama untuk membantu mereka yang tertahan di bandara, kumpulan aktivis, pengacara HAM, dan masyarakat biasa yang hanya sekadar lewat ikut berdemonstrasi di bandara-bandara. Ini adalah aksi protes besar-besaran kedua dalam seminggu kepemimpinan Trump. Sebelumnya, Woman’s March diikuti 3 juta perempuan seluruh dunia.
3. Jika negara dengan perekonomian terbesar di dunia menutup diri dari perdagangan internasional, efek dominonya pasti global. Hati-hati Trump sudah mengambil langkah pertama
Di hari pertamanya bekerja, Donald Trump
langsung menandatangani executive
order untuk
menarik kembali atau membatalkan partisipasi dalam Trans-Pacific Partnership. Sejatinya, kesepakatan
perdagangan dengan 12 negara ini akan menjadi perjanjian ekonomi bebas terbebas
lintas benua di dunia. Sejak awal kampanye, Trump memang telah mengkritik
habis-habisan perjanjian yang dipelopori oleh pendahulunya Barack Obama ini.
Trump yakin bahwa perekonomian bebas justru akan merugikan AS karena akan
semakin banyak pekerjaan yang ‘lari’ ke negara lain. Itu baru langkah pertama
dari rencana proteksi ekonomi Trump untuk Amerika. Sejumlah konvensi
perdagangan bebas yang selama ini telah berlaku seperti North American Free Trade Agreement (NAFTA), juga akan dievaluasi
ulang.
Kalau Trump selalu mengaku ingin
mengembalikan semua pekerjaan manufaktur ke Amerika, sebenarnya itu merupakan
komitmen yang sedikit munafik. Pasalnya hampir semua produk bikinan
perusahaan-perusahaan Trump seperti dasi yang selalu dipakainya, adalah buatan
Cina.
4. Kalau Menteri Luar Negeri yang ditunjuk saja jebolan Exxon, pantas saja jika Trump ingin segera ‘meremajakan’ bisnis minyak. Padahal jelas-jelas berdampak buruk pada lingkungan
Executive order lain yang meresahkan banyak pihak adalah rencana pembangunan
pipa minyak Dakota yang selalu ditolak oleh pemerintahan Obama. Jika selesai,
proyek ini akan menghubungkan jalur transportasi minyak di empat negara bagian
yaitu dari North Dakota sampai Illinois. Disamping kekhawatiran aktivis
lingkungan akan dampaknya terhadap kenaikan energi fosil yang tidak
terbaharukan, ada juga masalah penggusuran masyarakat pribumi Indian yang
sensitif.
Pembangunan jalur minyak ini akan melewati situs budaya suku Indian,
Standing Rock Sioux. Selain kehilangan situs budaya, Amerika di bawah
kepemimpinan Trump juga berisiko akan semakin jauh dengan kepentingan
lingkungan seperti pengembangan energi ‘hijau’. Terutama jika melihat pilihan
kabinet Trump yang hampir semuanya ‘putih’ dan dari korporasi seperti
ExxonMobil.
5. Yang paling berbahaya adalah keberanian Trump menolak kenyataan. Berbohong pada publik pun disebut orang-orang kepercayaan Trump sebagai ‘alternative fact‘ atau ‘kebenaran alternatif’
Trump selalu berkata bahwa dirinya sedang
‘berperang dengan media’. Menurutnya, media selalu bias dan berpihak karena
hanya memberitakan hal-hal negatif tentang dirinya. Bahkan ketika pemberitaan
‘sepele’ tentang jumlah orang yang datang ke acara pelantikannya disebut-sebut
kalah dari massa yang hadir di pelantikan Obama, Trump mengirim juru bicara
kepresidenannya Sean Spicer untuk ‘meluruskan’ berita tersebut. Masyarakat
dunia shock karena konferensi pers resmi
dari juru bicara kepresidenanan AS yang baru bukanlah tentang kebijakan atau
hal substansial lainnya, melainkan kebohongan menyebut massa Trump adalah massa
terbesar sepanjang sejarah acara pelantikan Presiden AS. Jelas-jelas sebuah
kebohongan yang dengan sangat mudah dibuktikan lewat foto maupun kesaksian
orang yang hadir.
Pemerintahan AS yang baru ini terus jadi
olok-olokan ketika terus bersikeras menyebut kebohongan tersebut ‘alternative
facts‘ atau kebenaran versi lain. Belum lagi tuduhan Trump tentang
jutaan pemilih ilegal yang menyebabkan dirinya kalah dari Hillary dalam
pemilihan populer. Sebuah tuduhan serius yang sudah dibantah oleh semua pihak
berwenang. Disamping menunjukkan sisi temperamental dan kekanak-kanakan Donald
Trump yang sulit menerima kenyataan, ini juga menandakan masa depan suram bagi
kebebasan pers di Amerika dan dunia
0 Response to "Baru Seminggu Menjabat, Ini 5 Janji Trump yang Sudah Jadi Kenyataan. Dunia Mulai Kehilangan Arah"
Posting Komentar