Tanggapi Rencana DPRD DKI Bentuk Pansus MRT, Ahok: Itu untuk Bangun Jakarta Atau Jegal Gue?

JAKARTA – Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengkritik rencana DPRD DKI Jakarta membentuk Panitia Khusus MRT.
Kalau sekarang anggota dewan (DPRD DKI) yang menghalangi itu, kamu mau bangun Jakarta apa mau ngerjain gue ?" kritik Ahok, Minggu (12/3/2017).
Rencana pembangunan MRT Jakarta fase II semula hanya satu koridor, mu;lai dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Kampung Bandan. Rencana itu mengalami perubahan dan diperpanjang jalurnya sampai Ancol Timur sebagai stasiun terakhir, sekaligus membangun depo di sana.
Pemerintah beralasan, lahan Kampung Bandan tidak tersedia lantaran sudah dikerjasamakan oleh PT KAI dengan pihak lain.
Karena itu, Ahok menanyakan solusi anggota dewan atas ketiadaan lahan di Kampung Bandan. “Kalau enggak setuju, mau pasang di mana,” ujar Ahok.
Dalam rapat permohonan persetujuan pembiayaan proyek fase II pada Selasa lalu, sejumlah anggota Dewan menentang permintaan PT MRT Jakarta dari pihak eksekutif yang ingin menambah jalur di fase II.
Wakil Ketua DPRD Mohamad Taufik mengatakan, pihaknya akan menggulirkan Pansus terkait perpindahan depo MRT tersebut.
Ahok menjelaskan, tidak ada pilihan lain untuk pembuatan depo MRT fase 2 selain memindahkan ke Ancol Timur.
Hal tersebut karena tanah PT KAI yang ingin dijadikan depo MRT disebutnya bermasalah.
Niatan DPRD DKI membentuk Pansus karena PT KAI tidak jadi memberikan tanah milik mereka di Kampung Bandan menjadi stasiun dan depo MRT.
"Kami akan buat Pansus. Kenapa buat Pansus? Karena, ini kan mengubah desain," kata M Taufik usai Rapat Pimpinan Gabungan (Rapimgab), Pendanaan Proyek MRT Jakarta Fase I dan II, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa lalu.
Dengan alasan, Kampung Bandan tidak ada lahan, menurut Taufik, hal tersebut tidak rasional.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah mengatakan sampai saat ini alasannya tidak ada lain kecuali di Kampung Bandan memang tidak ada tanah yang dibutuhkan yaitu seluas enam hektar.
"Pempov DKI juga menerima surat dari KAI 18 Juni 2016 lalu bahwa di atas tanah yang sudah dikaji ternyata KAI sudah lakukan kerjasama dengan tiga pihak atas lokasi tanah tersebut," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta, William P Sabandar, mengatakan bahwa pihaknya akan menelusuri masalah lahan KAI tersebut. Pasalnya, ia baru saja menjabat sebagai Dirut MRT.
"Nanti coba saya cek dulu mengenai lahan KAI tersebut, dan kajiannya," katanya.
Berdasar laporan PT MRT Jakarta tanggal 24 Februari 2017, rencananya jalur MRT akan dibagi ke dalam tiga fase pembangunan.
Fase I adalah Koridor Utara yang menghubungkan Lebak Bulus-Bunderan HI. Panjang jalurnya mencapai 16 km, dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2019.
Proyek yang dikunjungi Presiden Jokowi dengan ditemani Ahok akhir Februari lalu itu menargetkan mengangkut 173.400 penumpang per hari saat beroperasi tahun 2019 nanti.
Jarak antara kereta hanya lima menit sekali. Kereta yang disediakan mencapai 16 set atau 96 kereta karena 1 set terdiri dari 6 kereta.
Dengan menggunakan rel selebar 1.067 mmm jalur ini akan melewati 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah.
Yakni stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setia Budi, Dukuh Atas, dan Bunderan Hotel Indonesia.
Hingga 31 Januari 2017, pembangunan jalur dan stasiun sudah berjalan. Bahkan, progres konstruksi untuk pembangunan Stasiun Senayan dan Istora sudah mencapai 75,4 persen. Sementara untuk depo dan stasiun Lebak Bulus, progres kontruksi sudah mencapai 41,18 persen.
Sehingga jika tidak ada kendala, MRT Koridor Utara akan beroperasi di tahun 2019.
Selain MRT Fase I, PT MRT Jakarta juga berencana memperluas jangkauan MRT dengan membangun Fase II Koridor Selatan-Utara dari Bunderan HI sampai Ancol Timur. Panjang jalur ini mencapai 13,5 km.
Metode kontruksi adalah pembangunan bawah tanah yang rencananya akan melewati 12 stasiun dan 1 depo di Ancol Timur. Fase ini rencananya akan dimulai tahun 2017.
Sedang Fase III adalah Koridor Timur-Barat yang mencakup Cikarang sampai Balaraja.
Panjang jalur yang direncanakan mencapai 67 km. Metode konstrksi adalah bawah tanah dan jalur layang.
Jumlah staisun yang akan dilewati ada 22 buah termasuk 2 depo. Target pengerjaan ini adalah tahun 2020.
Sayangnya, fase II MRT agaknya tidak akan berjalan mulus. Aroma panasnya Pilkada DKI malah menjadikan program mulia ini sebagai peluru untuk menjegal Ahok.[tn]

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

0 Response to "Tanggapi Rencana DPRD DKI Bentuk Pansus MRT, Ahok: Itu untuk Bangun Jakarta Atau Jegal Gue?"

Posting Komentar